Pulau Jawa, dengan kekayaan budaya dan tradisinya, juga memiliki berbagai jenis senjata tradisional yang unik, meskipun beberapa di antaranya mungkin tampak sederhana. Salah satunya adalah plintheng, sebuah senjata tradisional yang memanfaatkan elastisitas untuk melontarkan proyektil kecil. Meskipun seringkali diasosiasikan dengan permainan anak-anak, plintheng memiliki sejarah penggunaan yang lebih luas dan mencerminkan kearifan lokal dalam memanfaatkan sumber daya alam. Mempelajari plintheng sebagai salah satu senjata tradisional Jawa memberikan wawasan tentang kreativitas dan adaptasi masyarakat.
Plintheng secara sederhana terbuat dari batang kayu bercabang berbentuk huruf “Y” sebagai pegangan, dengan dua tali elastis yang direntangkan di antara ujung cabang. Sebuah wadah kecil (biasanya dari kulit atau kain) dipasang di tengah tali elastis untuk menampung proyektil, seperti kerikil, biji-bijian keras, atau tanah liat yang dibentuk bulat. Cara menggunakannya adalah dengan menempatkan proyektil di wadah, menarik tali elastis ke belakang, dan kemudian melepaskannya untuk melontarkan proyektil dengan kecepatan tertentu.
Menurut catatan dari seorang pemerhati budaya Jawa di Solo, Ibu Lestari Wulandari, yang diwawancarai pada tanggal 10 Januari 2026, plintheng dulunya memiliki peran yang lebih signifikan dalam kehidupan masyarakat Jawa, terutama di pedesaan. Selain sebagai mainan anak-anak, plintheng juga digunakan untuk berburu burung kecil atau tupai, serta untuk mengusir hama tanaman di ladang atau kebun. Kesederhanaan pembuatan dan ketersediaan material menjadikannya senjata tradisional yang mudah diakses oleh siapa saja.
Meskipun tidak digunakan dalam pertempuran skala besar, keahlian menggunakan plintheng untuk mengenai sasaran dengan tepat merupakan keterampilan yang dihargai. Akurasi dan daya lontar plintheng bergantung pada kualitas bahan elastis, ukuran dan berat proyektil, serta teknik pengguna. Di beberapa daerah, bahkan ada kompetisi tidak resmi antar anak-anak dalam hal ketepatan menembak menggunakan plintheng.
Saat ini, plintheng mungkin lebih dikenal sebagai mainan tradisional. Namun, nilai historisnya sebagai alat bantu dalam kehidupan sehari-hari dan sebagai bagian dari budaya masa kecil di Jawa tetap melekat. Upaya pelestarian mungkin lebih fokus pada mengenalkan kembali plintheng kepada generasi muda sebagai warisan budaya dan permainan tradisional yang ramah lingkungan. Mempelajari plintheng bukan hanya tentang mengenal sebuah senjata tradisional, tetapi juga tentang memahami kreativitas, kemandirian, dan hubungan harmonis antara manusia dan alam dalam budaya Jawa.