Bayangan Jurusan Impian: Mengapa Siswa SMA Sering Salah Memilih Program Studi di Perguruan Tinggi

Memilih program studi di perguruan tinggi adalah salah satu keputusan terbesar dalam hidup siswa SMA. Ironisnya, banyak dari mereka yang akhirnya merasa salah memilih. Fenomena ini seringkali berakar pada Bayangan Jurusan yang keliru atau tidak lengkap. Siswa cenderung memilih berdasarkan popularitas, prestige institusi, atau ekspektasi sosial, bukan berdasarkan pemahaman mendalam tentang kurikulum, tantangan akademik, dan prospek karier yang sesungguhnya. Kesalahan ini berujung pada hilangnya motivasi belajar dan penyesalan di tengah jalan.

Siswa seringkali hanya memiliki Bayangan Jurusan yang didasarkan pada nama program studi atau gambaran pekerjaan ideal. Misalnya, jurusan “Komunikasi” dibayangkan sebatas menjadi penyiar TV, padahal cakupannya meliputi riset media, kehumasan, dan produksi konten digital yang kompleks. Kurangnya riset mendalam membuat mereka terkejut ketika menghadapi mata kuliah yang tidak sesuai minat. Pemilihan yang didorong oleh hype media sosial atau saran dari teman sebaya, alih-alih introspeksi diri, adalah pemicu utama kegagalan adaptasi di tahun pertama perkuliahan.

Tekanan dari orang tua dan lingkungan juga memainkan peran besar dalam membentuk Bayangan Jurusan yang tidak autentik. Beberapa orang tua cenderung memaksakan pilihan yang dianggap “pasti sukses” seperti Kedokteran, Teknik, atau Hukum. Siswa yang tidak memiliki minat natural di bidang tersebut akan berjuang keras melawan materi yang membosankan dan tuntutan akademik yang tinggi. Konflik antara ambisi pribadi dan ekspektasi keluarga ini menciptakan beban psikologis yang masif, menghalangi potensi akademik yang sesungguhnya dimiliki siswa.

Untuk memitigasi kesalahan ini, siswa perlu mengubah pendekatan dalam membangun Bayangan Jurusan. Mereka harus melakukan riset yang proaktif dan holistik. Ini mencakup wawancara dengan mahasiswa atau alumni jurusan yang diminati, mengikuti uji coba bakat dan minat yang kredibel, serta berpartisipasi dalam program magang singkat. Selain itu, sekolah dan konselor harus menyediakan informasi yang transparan mengenai tingkat kesulitan setiap program studi dan jalur karier alternatif, bukan hanya yang populer.

Intinya, keberhasilan dalam memilih jurusan bukan terletak pada seberapa populer program studi itu, melainkan seberapa akurat siswa mencocokkan minat, bakat, dan nilai-nilai pribadinya dengan tuntutan kurikulum dan lingkungan kerja masa depan. Mengubah Bayangan Jurusan yang dangkal menjadi pemahaman yang realistis dan komprehensif adalah langkah krusial untuk memastikan bahwa investasi waktu dan sumber daya di perguruan tinggi benar-benar menghasilkan karier yang memuaskan dan bermakna

journal.pafibungokab.org

learn.pafipemkotkerinci.org

news.pafipemkotpalopo.org