Sulawesi, pulau dengan lanskap yang memukau, juga merupakan rumah bagi salah satu satwa unik Indonesia yang paling menarik perhatian: Burung Maleo (Macrocephalon maleo). Burung berukuran sedang ini memiliki penampilan yang khas dengan bulu berwarna hitam, kulit kepala tanpa bulu berwarna merah muda atau jingga, dan jambul tegak yang unik. Namun, keunikan utama satwa unik ini terletak pada perilaku bertelurnya yang tidak biasa, di mana mereka tidak membuat sarang melainkan mengubur telurnya di pasir panas bumi atau area vulkanik yang hangat.
Perilaku bertelur yang unik ini membuat Burung Maleo sangat rentan terhadap gangguan habitat dan perburuan telur. Hilangnya hutan sebagai tempat mencari makan dan area pantai berpasir yang menjadi lokasi bertelur semakin mengancam populasi satwa unik ini. Selain itu, telur Maleo yang berukuran besar dan kaya nutrisi seringkali diambil oleh masyarakat untuk dikonsumsi. Berdasarkan data dari Wildlife Conservation Society (WCS) Indonesia, populasi Burung Maleo di beberapa lokasi di Sulawesi Tengah mengalami penurunan hingga 50% dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir.
Ancaman perburuan telur menjadi perhatian serius bagi para konservasionis. Patroli rutin yang dilakukan oleh petugas Balai Taman Nasional Lore Lindu bersama anggota Brigade Mobil (Brimob) Polda Sulawesi Tengah pada hari Minggu, 20 April 2025, di sekitar kawasan pantai Saluki berhasil mengamankan sejumlah telur Maleo yang diduga akan diperjualbelikan secara ilegal. Kejadian ini menunjukkan bahwa upaya perlindungan satwa unik ini masih menghadapi tantangan yang besar.
Berbagai upaya konservasi terus dilakukan untuk menyelamatkan Burung Maleo dari kepunahan. Program-program seperti perlindungan lokasi bertelur, penetasan semi-alami ( in-situ dan ex-situ ), serta edukasi kepada masyarakat tentang pentingnya konservasi terus digalakkan. Di Stasiun Penelitian Maleo Tambun, misalnya, para peneliti mengembangkan teknik penetasan telur Maleo di penangkaran untuk meningkatkan angka kelahiran. Kegiatan sosialisasi juga rutin dilakukan di desa-desa sekitar habitat Maleo, seperti yang dilaksanakan oleh tim dari Universitas Tadulako pada tanggal 17 Januari 2025 di Desa Salubomba, Kabupaten Donggala.
Burung Maleo bukan hanya sekadar satwa unik dengan perilaku yang menarik, tetapi juga merupakan bagian penting dari ekosistem Sulawesi. Keberadaannya menjadi indikator kesehatan lingkungan dan kekayaan keanekaragaman hayati pulau tersebut. Melindungi satwa unik ini adalah tanggung jawab kita bersama untuk memastikan bahwa generasi mendatang masih dapat menyaksikan keajaiban alam Indonesia ini. Dukungan dari pemerintah, organisasi konservasi, masyarakat lokal, dan seluruh lapisan masyarakat sangat dibutuhkan untuk menjaga kelestarian Burung Maleo di habitat aslinya.