Menjelajahi Kehidupan Primata Kalimantan yang Unik: Mengenal Satwa Lutung Dahi Putih

Kalimantan, permata hijau Asia Tenggara, adalah rumah bagi beragam spesies satwa liar yang menakjubkan. Di antara kekayaan primata pulau ini, terdapat Lutung Dahi Putih (Presbytis frontata), monyet yang menarik dengan ciri khas yang mudah dikenali. Artikel ini akan mengajak kita untuk lebih jauh mengenal satwa endemik Kalimantan ini, mengungkap perilaku, habitat, dan status konservasinya. Dengan mengenal satwa seperti Lutung Dahi Putih, kita dapat meningkatkan apresiasi terhadap keunikan fauna Indonesia dan pentingnya upaya pelestarian.

Lutung Dahi Putih, sesuai dengan namanya, memiliki ciri khas berupa bercak putih mencolok di bagian dahinya. Warna bulu tubuhnya didominasi oleh abu-abu gelap atau hitam, dengan bagian perut yang lebih terang. Mengenal satwa ini juga berarti memahami adaptasinya terhadap kehidupan di atas pohon, dengan tubuh yang ramping dan ekor yang panjang membantunya menjaga keseimbangan saat bergerak di antara pepohonan. Lutung Dahi Putih adalah hewan yang aktif pada siang hari dan menghabiskan sebagian besar waktunya di hutan-hutan primer dan sekunder Kalimantan. Mereka hidup dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari beberapa betina dewasa, anak-anaknya, dan satu atau beberapa jantan dewasa.

Dalam perilakunya, Lutung Dahi Putih dikenal sebagai pemakan daun (folivora), meskipun mereka juga mengonsumsi buah-buahan, biji-bijian, dan bunga dalam jumlah kecil. Mengenal satwa ini juga berarti mengamati interaksi sosial dalam kelompoknya, yang melibatkan komunikasi melalui berbagai vokalisasi dan bahasa tubuh. Peran ekologis Lutung Dahi Putih dalam ekosistem hutan Kalimantan adalah sebagai penyebar biji, meskipun tidak sebesar primata pemakan buah lainnya.

Sayangnya, populasi Lutung Dahi Putih di Kalimantan menghadapi ancaman yang signifikan akibat hilangnya habitat hutan karena konversi lahan menjadi perkebunan dan pertambangan, serta perburuan ilegal untuk perdagangan satwa liar. Menurut laporan dari Aliansi Konservasi Primata Kalimantan (AKPK) yang dirilis pada tanggal 10 April 2025, populasi Lutung Dahi Putih diperkirakan terus menurun dan status konservasinya saat ini adalah rentan. Upaya konservasi yang meliputi perlindungan habitat yang tersisa, penegakan hukum terhadap perusak hutan dan pedagang satwa liar, serta peningkatan kesadaran masyarakat tentang pentingnya mengenal satwa endemik ini sangat krusial untuk kelangsungan hidup Lutung Dahi Putih di alam liar. Dengan terus mengenal satwa Kalimantan yang unik ini, kita diharapkan dapat lebih termotivasi untuk mendukung tindakan konservasi yang efektif.